Pentingkah? Produktif Di Tengah Zaman Konsumtif -->
Cari Berita

Pentingkah? Produktif Di Tengah Zaman Konsumtif

Burhan SJ
Senin, 05 Oktober 2020


Penulis

OPINI, Suara Jelata---Merebaknya Virus Corona atau Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)  tetap hangat untuk terus dikupas dan diinfokan perkembangannya hingga hari ini. Sebab telah menjadi pandemi yang mematikan dan berpengaruh besar bagi banyak Negara di Dunia, salah satunya Indonesia. 

Setiap menit bahkan setiap harinya, statistik perkembangan Covid-19 mulai dari total positif Covid-19, pasien sembuh, hingga meninggal akan terus terpampang oleh awak media secara transparan. Hal ini bertujuan agar masyarakat bisa semakin waspada menyadari akan seberapa jauh potensi Virus ini.

Pemerintah pun sudah melakukan tindakan antisipasi atau siaga Covid-19 yang diwujudkan melalui beberapa kebijakan. Seperti penetapan zonasi warna, memakai masker, cuci tangan sebelum dan sesudah keluar rumah, hingga PSBB. Namun rendahnya kesadaran sebagian masyarakat atau kecerobohannya dalam tidak mematuhi kebijakan pemerintah inilah yang membuat penyebaran Covid-19 kian melunjak setiap harinya. 

Hingga akhirnya Covid-19 menjadi tantangan berat yang tidak mudah untuk dikendalikan pada era milenial sekarang. Bahkan sampai saat ini, obat untuk Covid-19 masih belum ditemukan. Namun, kita bisa melakukan beberapa pencegahan, agar tidak semakin memperparah kondisi Negara. 

Berbicara tentang kondisi Negara, sudah tidak asing lagi bahwa Covid-19 memang mengubah segala aspek ketatanegaraan, sosial budaya, hingga ekonomi. Kehadiran virus corona atau coronavirus disease 2019 (covid-19)  telah membuat situasi ekonomi di seluruh dunia semakin memburuk. Bahkan, lembaga keuangan dunia seperti International Monetary Fund (IMF) telah memproyeksikan bahwa ekonomi global tumbuh minus di angka 3%. Resesi di Indonesia pun kini tidak dapat terhindarkan lagi.

Meninjau ekonomi negara yang kian menurun itu, tentu saja Indonesia tidak bisa terus pasif hingga pada akhirnya mengalami kebangkrutan yang mengerikan. Generasi Indonesia yang produktif harus bangkit di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Kita bisa menghasilkan sesuatu atau produktif lewat kemajuan teknologi saat ini. Lewat akses teknologi internet yang penggunanya sudah merambah dari berbagai belahan dunia. Bukan tidak mungkin, hasil produksi kita pun bisa menarik konsumen dari negara lain atau sampai ke negara lain. Dengan begitu, devisa negara akan bertambah. Perekonomian negara pun akan bertambah. Barang yang kita konsumsi tentu saja bisa menyesuaikan perkembangan saat ini atau kebutuhan saat ini. Semakin banyak manfaat dari hasil produksi kita, semakin menarik konsumen untuk membelinya.

Ekonomi Indonesia saat ini sudah mengalami penurunan. Dari biasanya Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berada di kisaran 5 persen, turun menjadi 2.97 persen pada kuartal I/2020.

Kemudian, penurunan terus berlanjut ke kuartal II yang realisasinya minus 5.32 persen. "Kita lihat di kuartal pertama sudah turun, ya kita belum bisa katakan resesi karena belum tahu berapa lama. Sekarang, kita melihat kuartal kedua melemah, kuartal ketiga melemah. Ternyata kuartal pertama, sudah terjadi perlambatan dan ini berkelanjutan," paparnya lebih lanjut. 

Febrio menjelaskan, beberapa negara mempunyai catatan resesi yang lebih parah dari Indonesia. Kemudian, Contohnya negara India yang tercatat minus 24 persen.
"Ini adalah masalah yang sangat berat. Tetapi kita juga melakukan targeting dan tetap berhati-hati," pungkasnya.

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengakui Covid-19 telah memberikan dampak yang sangat besar bagi Indonesia. Di hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat mendapat tekanan ekonomi yang sangat besar dan masif. Indonesia mengalami efek domino yang sangat berat, dimana kesehatan memukul sosial, sosial memukul ekonomi dan ekonomi juga pasti akan mempengaruhi dari sektor keuangan, terutama dari lembaga-lembaga keuangan bank dan non Bank.

Penurunan perekonomian tersebut tentunya disebabkan oleh beberapa hal. Telah ramai dikabarkan bahwa terjadi Kontraksi PMI Manufacturing, Inflasi, Pembatalan penerbangan domestik dan internasional, Menurunnya jumlah wisatawan mancanegara, Kehilangan pendapatan Sektor Layanan Udara, Penurunan Okupansi Hotel.

Melihat keadaan tersebut, tentulah kita harus semakin kreatif dalam sektor keberlanjutan ekonomi. Banyak perusahaan mengadakan PHK karena khawatir tidak mampu menangani pembayaran tenaga kerja yang berlebihan. Maka kita harus mulai mengalihkan pekerjaan kita kepada hal lain untuk keberlangsungan kehidupan. Kita tidak bisa tetap berdiam diri jika kita tidak ingin mati dan semakin tertindas kemajuan zaman.

Maka dari itu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Maksimalkanlah pemanfaatam teknologi yang ada di genggaman kita. Tidak bisa dipungkiri lagi semenjak Covid-19 melanda negara, segala sektor kini lebih berfokus mengandalkan teknologi. Masyarakat semakin terbuai dengan teknologi sehingga hampir semua kebutuhan diakses melalui internet. Mereka pun menjadi lebih konsumtif dengan semakin mudahnya akses segala hal lewat online. Karena segala hal sudah bisa tersedia di depan mata tanpa harus jauh-jauh keluar rumah. 

Berkaca pada data belanja online ternyata kita jadi cenderung konsumtif ketimbang produktif. Menurut Analytic Data Advertising (ADA) dalam siaran pers, Senin (13/04), ADA mencatat penggunaan aplikasi belanja online melonjak hingga 300 persen ketika social distancing diterapkan. Hal tersebut juga didukung riset dari iprice yang dikutip dari Detik.com.

Dengan begitu,  kesempatan kita untuk menjadi produktif lewat internet semakin besar. Karena semakin besarnya kebutuhan dan permintaan yang kini mengandalkan internet. Buatlah terobosan baru yang bermanfaat untuk masyarakat sekitar apalagi dalam sektor pembangkit perekonomian. Kita boleh saja ikut mengkonsumsi, namun alangkah baiknya jika konsumsi diimbangi dengan kegiatan produksi. 
Produktif tidak melulu harus melalui barang. Kita juga bisa produktif melalui sebuah karya tulis/pengetahuan. Karena secara tidak langsung  hal-hal tersebut dapat menjadi aset di masa depan.

Oleh: Fatimah (Mahasiswi Akuntansi di UIN ALAUDDIN MAKASSAR)

*Tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.